SEMARANG – Meski masih sebatas survei, namun elektabilitas pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Yoyok Sukawi –Joko Santoso terakhir terlihat tak begitu baik. Bahkan elektabilitas mereka cenderung mengalai penurunan.
Lembaga yang melakukan survei terhadap pada calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang ini tergolong sangat kredibel. Di antaranya Litbang Kompas yang sudah sangat terpercaya. Lembaga Aksara juga dalam surveinya merilis keunggulan pasangan Agustina Wilujeng – Iswar Imanuddin.
Supervisor Riset Aksara Research and Consulting Reyhan Maulana beberapa waktu lalu memaparkan, salah satu penyebab merosotnya hasil survei terhadap Yoyok-Joss adalah pecahnya suara suporter PSIS. Padahal dari merekalah selama ini Yoyok mengandalkan pemilih.
Setidaknya, dalam survei terungkap bahwa 55 persen warga Semarang adalah penggemar fanatik PSIS Semarang. Sementara yang tidak adalah 29,8 persen dan yang tidak menjawab adalah 15,2 persen. “Mayoritas suporter PSIS (Panser Biru dan Snex) menjatuhkan pilihannya pada pasangan calon Agustina Wilujeng – Iswar Aminuddin,” tegas Reyhan.
Dikatakan, bahwa sebenarnya popularitas Yoyok Sukawi itu cukup tinggi. Hanya saja likeabilitynya rendah karena beberapa faktor termasuk buruknya performa PSIS yang membuat suara suporter terbelah. “Dalam survey kami, Mas Yoyok itu sebenarnya popularitasnya cukup tinggi sebagai CEO PSIS, tapi Likeabilitynya (kesukaan masyarakat) terhadap Yoyok sangat kecil seiring penurunan performa PSIS,” tuturnya.
Faktor lain yang membuat elektabilitas Yoyok-Joss tidak terdongkrak adalah macetnya mesin partai koalisi di tubuh tim pemenangan Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang nomor urut 02 Yoyok Sukawi dan Joko Santoso. Meski didukung hampir semua partai kecuali PDIP namun tidak semua partai bekerja kers untuk Yoyok-Hoss.
Hal ini dikatakan oleh Darmawan Iskandar selaku peneliti senior di AKSARA Research and Consulting. “Penyebab kecenderungan turunnya trend elektabilitas 02 karena macetnya mesin partai koalisi,” ujarnya.
Menurut Darmawan, kecenderungan ‘beli’ partai pendukung sangat kuat, artinya paslon 02 hanya membutuhkan partai sekedar untuk mendapatkan tiket lolos untuk maju mencalonkan diri. “Tapi grassrootnya tidak berjalan,” ulasnya. (mul)