Foto : Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Makasar Dr.Andhi Pramono SE,MM bersama Asriani dan Rusmadi pelaku UMKM exsportir di acara Xpora International Logistic and Trade Expo 2022 . ( foto : ist)
MAKASAR-Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Itulah ungkapan yang pas untuk menggambarkan Asriani (40) warga Makasar. Ibu seorang anak ini mengawali bisnisnya dari nol. Jatuh bangun dalam berbisnis sudah biasa ia rasakan. Namun demikian ia tidak pernah putus asa.
Diceritakan Ani, awalnya ia kerja di hasil bumi milik orang tuanya. Kemudian ia mencoba berbisnis mandiri dengan membeli kelapa-kelapa di daerah.” Beli kelapa satu truk, kemudian saya bawa ke Kota Makasar saya jual ke pasar-pasar. Saya tidur di atas truk berisi tumpukkan kelapa, sudah biasa,” kata Ani panggilan akrab Asriani.
Kemudian Ani berfikir, ia harus maju dan berkembang, setelah bisnis kelapa selesai, ia juga bisnis kopra ( daging kelapa yang sudah kering) untuk dijadikan minyak kelapa. Kopra ia beli dari daerah-daerah, kemudian saya jual ke Surabaya, karena saya tahu produsen kopra besar itu ada di Surabaya.Ia bisa sekali kirim ke Surabaya 3 kontainer.
Selanjutnya dalam perjalanan bisnis kopranya di Surabaya, ia merasa dikerjai oleh pembelinya.” Ketika barang sudah sampai, mereka bilang kurang kering, kurang ini, kurang itu, padahal dari Makasar sudah kita keringkan maksimal. Kalau mau ditarik kembali kan tidak mungkin, rugi tranportasi dan lainnya, akhirnya terpaksa dijual di bawah harga,” katanya.
Ia kemudian ke Jawa untuk mencari informasi bisnis terkait kelapa dan turunannya dan ia mendapat informasi akan kebutuhan arang dari batok kelapa ( briket). “ Ada orang Dubai yang punya pabrik briket di Jawa, setelah komunikasi, ia minta langsung ke saya untuk dikirimi briket,” katanya.
Karena di Makasar belum ada yang berbisnis briket batok kelapa, makanya ia terlebih dahulu melakukan edukasi ke petani-petani kepala di Sulawesi Selatan. Daerah yang pertama ia jajaki yatu daerah Mamuju yang terkenal penghasil kelapa. Saat itu di tahun 2013.
“ Kalau daging kelapanya dibikin kopra, batok hanya dibuang begitu saja, maka kita manfaatkan, saya edukasi cara bakarnya dan sebagainya. Dari pada dibuang, kalau jadi briket bisa dijual dan ada nilai tambahnya. Saya belajar dari orang Dubai tadi,” katanya.
Seiring perjalanan waktu, setelah sempat mengalami pahit getir dalam berbisnis, kini Ani menikmati hasilnya. Ia memiliki pabrik briket sendiri di Makasar dan memiliki karyawan sekitar 200-an orang. Produknya itu dikirim ke berbagai negara di eropa, seperti Inggris, Rusia dan sebagainya. Rata-rata per bulannya Ani bisa mengirim briket sebanyak 6 kontainer.“ Ini kita sudah ada investor dari Jepang, nilainya Rp 100 miliar, jadi ke depan sudah bisa 50 hingga 100 kontainer,” jelas Ani panggilan akrabnya.
Ani mengatakan, kesuksesannya dalam exspor saat ini juga karena support dan dukungan dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Makasar. Menurut Ani, kantor Bea Cukai Makasar sangat perhatian terhadap pemberdayaan UMKM di Makasar agar bisa naik kelas menjadi exsportir.
Awal pandemi Covid-19, semua exspor berhenti dan tidak ada pengiriman. Bahkan di tahun 2020 sama sekali tidak ada kegiatan. Dari situ kita mulai kenal dengan Bea Cukai Makasar.” Awalnya mereka datang, kita takut, kalau ada apa-apa.” kata Ani menceritakan pengalamannya ketika didatangi Bea Cukai.
Ani pun salah persepsi, tim Bea Cukai yang datang saat itu, memberikan solusi dan menampung keluh kesah Ani untuk dicarikan solusi terbaik.” Saat itu saya bertemu Pak Andhi Pramono ( Kepala Pelayanan Bea Cukai Makasar) dan saya menyampaikan keluh kesahnya terkait exspor kelapa dan turunannya,” kata Ani.
Dikataka Ani, Sulawesi Selatan sebagai penghasil kelapa terbaik di dunia, namun kelapa dan turunannya tidak bisa langsung diekspor dari Makasar, harus melalui Surabaya.
Dikatakan Ani, Pak Andhi ( Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Makasar) turun tangan dan mencarikan solusi. “ Saya berterimakasih sekali ke Pak Andhi, banyak membantu dan mendorong UMKM di Sulawesi Selatan untuk exspor. Saya akhirnya bisa exspor kelapa dan turunannnya melalui Makasar,” katanya.
Dikatakan Ani, Pak Andhi selalu memberi kesempatan UMKM di Sulawesi Selatan untuk maju, untuk naik kelas, ketika ada kendala yang dihadapi UMKM, untuk menyampaikan ke pihak-pihak terkait dan Bea Cukai selalu mendorong.
“ Kami banyak dibantu oleh Kantor Pelayanan Bea Cukai Makasar dalam exspor, yang tadinya tidak bisa exspor atas nama kami, ( sebelumnya di Surabaya), sekarang sudah bisa ekspor sendiri,” jelasnya.
Selain exspor briket, Ani juga mengexspor teh nipah dan gula lontar ( gula aren cair) ke sejumlah negara. (ril)