DEMAK – Permasalahan sampah di kota Demak memang salah satu yang paling pelik, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya membuat kota ini tidak jarang terlihat kumuh. Tentunya ini adalah salah satu tantangan besar yang dihadapi Pemda saat ini.
Menurut Bupati Demak Eistianah, dampak negatif dari pengelolaan sampah yang belum tertangani dengan baik, tidak hanya terbatas pada kebersihan lingkungan, tetapi juga mencakup aspek kesehatan masyarakat.
“Langkah-langkah konkret dan terintegrasi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya pelatihan pengelolaan sampah ini,” demikian disampaikan Bupati saat membuka Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat/Komunitas di Ponpes Lirboyo VII Cabang Demak, Desa/Kecamatan Wonosalam, Selasa (17/9).
“Melalui pelatihan ini, kita berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para santri dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan. Mulai dari pengurangan sampah, pengelolaan limbah yang tepat, hingga upaya-upaya inovatif dalam daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah,” ujar Bupati didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak Muh Ridhodhin, Sh, Mh.
Bupati berharap para santri dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk belajar bagaimana cara memilah dan mendaur ulang sampah. Dengan penerapan praktik-praktik ini, kita bisa menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, asri, dan sehat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup seluruh penghuni pesantren.
“Pelatihan ini tidak hanya menghasilkan santri yang terampil dalam mengelola sampah, tetapi juga mampu menyebarkan pengetahuan ini kepada masyarakat luas, sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas dari sampah,” katanya.
Pemkab Demak sendiri juga terus berupaya mengajak, mengedukasi dan menggerakkan masyarakat, untuk mulai menghidupkan bank sampah. Sistem manajemen pengelolaan sampah yang dikembangkan harus berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.
Dengan tersedianya sarana prasarana pendukung mampu mempercepat proses perubahan pola pikir masyarakat dari “membuang” menjadi “memanfaatkan”. Sehingga pendekatan pengelolaan sampah harus diubah dari “cost centre” menjadi “profit centre”.
“Mari kita jadikan momentum ini sebagai awal dari perubahan positif dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Demak. Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, saya yakin kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari untuk generasi mendatang,” pungkasnya. (*)