UNGARAN– Meski bergelut di bidang pendidikan, namun sosok yang satu ini sangat peduli terhadap nasib buruh di Jawa Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Sosok bersahaja ini adalah Suwarto SPdI yang kini menjabat sebagai kepala sekolah di sebuah SMP swasta di Salatiga. Ketertarikannya kepada perjuangan dibuktikan dengan posisinya saat ini sebagai Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Konfederasi Serikat Buruh Sejatehtera Indoensia ( KSBSI) Jawa Tengah.
Suwarto sadar betul untuk memperjuangkan nasib buruh tidak bisa dilakukan dengan sekedar unjukrasa yang sering dilakukan.
Menurutnya yang paling efektif adalah ada perwakilan buruh yang duduk di parlemen ( DPR), sehingga dengan keberadaan wakil buruh di Senayan bisa memperjuangkan nasih jutaan buruh di Indoensia.
Demi perjuangannya itu, Suwarto pun akhirnya maju sebagai calon legislative ( Caleg) nomer 1 dari Partai Buruh Dapil 1 Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Salatiga dan Kendal. Ia pun optimis dengan dukungan kalangan buruh di Jawa Tengah, Partai Buruh akan berkontribusi untuk masyarakat.
Dikatakan Suwarto, buruh selalu demo karena memang apa yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan harapan buruh, baik kesejahteraannya, aturan tentang perburuhan dan sebagainya, seperti outsorching, PHK dan sebagainya.
“ Demo-demo tidak ada yang membuahkan hasil. Dari situ, serikat-serikat buruh menyimpulkan, demo-demo percuma. Semisal demo penolakan terkait outsorching, namun yang terjadi DPR dan pemerintah mengesahkan UU Cipta Kerja, jadi demo tidak efektif,” katanya.
Berangkat dari hal itu, maka serikat-srikat buruh sepakat untuk merapatkan barisan dan memiliki wadah untuk menyalurkan aspirasinya melalui partai politik yaitu Partai Buruh.
Suwarto mengatakan bahwa saat ini Indoensia masih ‘ terjajah’ namun tidak terasa. “ Kalau dulu jelas kelihatan musuhnya Belanda, kalau sekarang justru dengan undang-undang, sehingga cara yang efektif adalah berjuang melalui parlemen dengan ikut Pemilu,” kata Suwarto yang juga dikenal ahli pengobatan pijat syaraf ini.
Dikatakan Suwarto, dengan sistem outsorching atau kontrak sangat merugikan buruh, karena buruh dalam posisi yang lemah. Ia mencontohkan semisal ada pasangan muda habis nikah, kemudian dapat kerja kontrak selama 6 bulan, kontrak habis tidak diperpanjang disuruh membuat surat pengunduran diri, sehingga tidak ada pesangon. “ Kita menolak yang merugikan nasib buruh, bagaimana menolaknya harus ada perwakilan buruh yang duduk di parlemen. Kalau di tahun 2024 ini Partai Buruh tidak menang, kita ( buruh) bisa kacau,” imbuhnya.
Dikatakan Suwarto serikat-serikat buruh mendirikan Partai Buruh dengan tujuan untuk menciptakan negara kesejahteraan yang harus diwujudkan dengan kesatuan utuh negara dan bangsannya.” Sudah saat para buruh di Indoensia bersatu untu memperjuangkan nasibnya,” pungkasnya. (ril)