Semarang – Daerah Lemahireng telah mengalami masalah banjir yang berulang-ulang, yang mengakibatkan kerugian bagi penduduk setempat. Dalam upaya mengatasi tantangan ini, masyarakat setempat telah menciptakan sebuah inovasi berupa alat peringatan banjir sederhana yang dirancang untuk memberikan pengingatan dan peringatan dini kepada warga saat banjir mendekat.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Hampir tiap musim hujan di sejumlah daerah kerap terjadi banjir akibat meningkatnya debit air sungai. Tidak jarang, bencana banjir ini mengakibatkan korban jiwa maupun material yang cukup banyak. Pada tahun lalu pada Desa Lemah Ireng, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten terjadi bencana banjir hingga ketinggian 60 cm yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat yaitu air masuk ke rumah dan menyebabkan kerusakan perabotan.
Untuk mencegah kerugian yang lebih parah oleh warga, oleh karena itu Mahasiswa Universitas Diponegoro dari Jurusan Rekayasa Perancangan Mekanik yaitu Rajab Satrio Budi berinsiatif menggagas pembuatan alat pedeteksi banjir secara dini. Alat ini seperti penggaris yang ditancapkan di pinggiran sungai. Tentunya juga dilengkapi sensor untuk melihat ketinggian permukaan air. Alat itu akan di-setting atau diatur dengan ketinggian air tertentu. Kemudian jika ketinggian air sewaktu-waktu di atas yang telah ditentukan, alat yang disertai speaker itu akan mengeluarkan bunyi seperti alarm. Hal ini akan segera diketahui warga sehingga dapat mengatisipasi jika terus mengalami peningkatan air secera terus menerus.
Melalui program pebuatan alat pendeteksi banjir secara dini yang dilakukan sebagai salah satu program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Lemah Ireng ini dapat membatu warga meminimalisir terjadinya kerugian secara materiil maupun korban jiwa yang dikarenakan meluapnya air pada sungai sehingga meyebabkan banjir. (ind)