DEMAK – “Saya sampaikan salam takzim kepada Pengasuh dan Segenap Pengurus Pondok Pesantren Darus Salam Mijen. Semoga jalinan tali silaturahmi ini akan senantiasa terjaga. Maturnuwun atas sinergi dan kolaborasinya, sehingga kegiatan ini bisa terselenggara di tempat ini. Semoga setelah kegiatan ini, para santri bisa menerapkan ilmu yang diperoleh. Mulai dari belajar mengaplikasikan bagaimana cara memilah sampah, mendaur ulang, dan mengolah sampah organik menjadi kompos,” demikian dikatakan Bupati Demak Eistianah saat membuka pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat/komunitas di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen.
Bupati berharap dengan adanya pelatihan tersebut semoga ke depan bisa menciptakan inovasi untuk mengubah limbah menjadi produk yang berguna dan memiliki nilai ekonomis.
“Melalui pelatihan ini, kita berupaya untuk membekali para santri dan pengelola pesantren dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan. Saya berharap, para peserta pelatihan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk belajar bagaimana cara memilah sampah, mendaur ulang, dan mengolah sampah organik menjadi kompos. Dengan penerapan praktik-praktik ini, kita bisa menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, asri, dan sehat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup seluruh penghuni pesantren,” jelas Bupati didampingi pengasuh ponpes.
Menurutnya Pemerintah Kabupaten Demak terus melakukan berbagai upaya peningkatan kebersihan dan keindahan wilayah. Salah satunya melalui pengelolaan sampah terpadu dan juga bank sampah. Saat ini Demak memiliki tiga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di Candisari Mranggen, TPA Kalikondang dan TPA Berahan Kulon.
Namun, hanya TPA Berahan Kulon yang masih beroperasi, karena 2 TPA lainnya sudah overload, karena lebih dari 60 persen sampah yang dihasilkan merupakan timbunan sampah plastik.
Pemkab Demak juga terus berupaya mengajak, mengedukasi dan menggerakkan masyarakat, untuk mulai menghidupkan bank sampah. Harapannya, masyarakat mulai memiliki pola pikir dari “membuang” menjadi “memanfaatkan”, sehingga pendekatan pengelolaan sampah harus diubah dari “cost centre” menjadi “profit centre”.
“Besar harapan kami dengan pelatihan ini, para santri Ponpes Darus Salam bisa menjadi teladan bagi masyarakat dalam menerapkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat di pesantren,” pungkasnya. (*)