DEMAK – Harga tembakau hingga kini mengalami penurunan menjadi 50 ribu, setelah sempat bertengger di harga Rp 60 ribu per kilonya. Hal tersebut terungkap saat panen raya tembakau di Desa Banjarejo Kecamatan Guntur Demak, (18/9). Menurut Bupati Demak Eistianah hal tersebut kemungkinan dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah panen raya yang menyebabkan komoditas melimpah di pasaran yang akhirnya berpengaruh kepada harga tembakau.
Menurut Bupati, sektor pertanian di Kabupaten Demak merupakan salah satu pilar utama ekonomi daerah, didukung oleh lahan pertanian yang luas dan subur. Di Demak, tanaman tembakau menjadi salah satu fokus pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, dengan mengembangkan teknologi budidaya yang lebih modern dan ramah lingkungan.
“Kita ketahui bersama, tembakau Demak bersifat spesifik lokasi, karena tanaman ini hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di tiga wilayah yang meliputi Kecamatan Mranggen, Karangawen, dan Guntur, yang terkenal dengan jenis tembakau “Mranggenan, jelas Bupati didampingi Kadinas Pertanian Agus Herawan.
“Tahun ini, luas tanam tembakau telah mencapai lebih dari 2.800 hektare, meliputi: 352 hektare di Kecamatan Mranggen, 550 hektare di Kecamatan Guntur, dan 1.955 hektare di Kecamatan Karangawen,”. Harga jual tembakau pun relatif tinggi. Daun tembakau rajangan kering mencapai Rp. 50.000 – Rp. 65.000. Kita semua berharap, semoga peningkatan luas tanam tembakau dapat berbanding lurus dengan peningkatan produksi, hasil panen, serta peningkatan pendapatan para petani tembakau,” terangnya.
Agus Herawan sendiri mengatakan bahwa dalam budidaya tembakau, tantangan yang sering dihadapi meliputi fluktuasi harga jual tembakau dan rendahnya posisi tawar petani. Selain itu, cuaca dan iklim yang kurang mendukung sangat memengaruhi kualitas serta hasil produksi tembakau. Oleh karena itu, melalui acara ini, mari kita saling bertukar pengetahuan, berbagi pengalaman, serta mempelajari praktik terbaik dalam budidaya tembakau yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan demikian, diharapkan dapat melahirkan petani yang kompeten dan kelompok tani yang mandiri.
Pemerintah sendiri menurut Agus akan terus berupaya mendukung peningkatan kualitas bahan baku dan pengembangan model usaha tani tembakau dengan memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk memberikan fasilitasi kepada para petani. Beberapa langkah yang dilakukan diantaranya melalui kegiatan sosialisasi, demplot, pelatihan, serta penyediaan sarana dan prasarana.
Pada kesempatan kali ini juga akan diserahkan bantuan sarana produksi. Menjadi harapan bersama, para petani dapat lebih termotivasi dalam melaksanakan budidaya.