SEMARANG – Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, saat menjadi nara sumber kegiatan Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai Nilai Pancasila dengan tema “Pancasila dalam Tindakan dan Perbuatan” yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (11/3/2022).
SEMARANG – Falsafah atau filsafat Pancasila harus dipahami dan dijiwai oleh generasi muda bangsa Indonesia. Hal itu dikatakan Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, saat menjadi nara sumber kegiatan Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai Nilai Pancasila dengan tema “Pancasila dalam Tindakan dan Perbuatan” yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (11/3/2022). Dalam acara itu juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Jateng, Ferry Wawan Cahyono, dan anggota Komisi A DPRD Jateng, Sucipto.
Heri Pudyatmoko mengaku khawatir atas problematika bangsa akhir-akhir ini. Menurutnya banyak generasi muda yang tak lagi memiliki jiwa Pancasilais. Buktinya dalam perkembangan dunia digital, banyak masyarakat yang dengan mudahnya melontarkan ujaran kebencian, terutama melalui media sosial.
“Dengan gampangnya kata-kata kotor dan bullying dilontarkan untuk mencari pembenaran. Belum lagi pabrik-pabrik kebencian, seperti muncul di tengah-tengah kehidupan kita yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa. Banyaknya berita hoaks yang sengaja diciptakan, dan sentimen antargolongan sangat terlihat, dan berpotensi menciptakan perpecahan di antara anak bangsa,” katan politisi Gerindra ini.
Dikatakan, menurut data BPS tahun 2020 jumlah masyarakat Jawa Tengah sebanyak 36,52 juta jiwa dan dari jumlah tersebut sebanyak 50,24% adalah generasi muda. Artinya generasi muda memiliki peran strategis untuk memberi perubahan besar bagi Jawa Tengah bahkan Indonesia, namun apabila generasi muda tidak memiliki semangat Pancasila, berwatak Pancasila, dan berkepribadian Pancasila, maka akan semakin jauh dari cita-cita bangsa.
“Sebagai bangsa yang sangat heterogen dengan 250 bahasa daerah dan 17.000 pulau, maka memantapkan wawasan kebangsaan di antara semakin banyaknya permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini, seperti intoleransi, radikalisme, terorisme, dan arus globalisasi yang membawa nilai-nilai budaya asing yang apatis, hedonis dan materialistik, menjadi hal yang sangat penting,” katanya.
Pemasyarakatan dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dikobarkan kembali dalam rangka membangun spirit nasionalisme yang selama ini telah mengalami kemunduran, sehingga seluruh persoalan kebangsaan seperti konflik politik, hukum, ekonomi, agama, etnis serta permasalahan dalam apapun bentuknya bisa dengan mudah teratasi.
Implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan baik melalui tataran ide ataupun praktik. Dalam tataran ide, hal yang paling penting dilakukan adalah menjawab sikap alergi masyarakat terhadap Pancasila.
“Oleh karena itu, memiliki semangat dan sikap bergotong royong serta membudayakan pola musyawarah terutama dalam mengatasi wabah pandemi corona ini, bisa dijadikan sebagai sumber dalam rangka revitalisasi nilai-nilai Pancasila,” tandasnya.
Sementara itu, dalam tataran praktik, utamanya menyangkut relasi penyelenggaraan negara dan masyarakat, revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus dimulai dengan membangkitkan kegairahan dan optimisme publik. Misalnya, kepemimpinan nasional harus menegaskan kembali bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang besar dan berdaulat yang mampu mengatasi segala persoalan termasuk masalah pandemi.
“Untuk itu, mari kita gelorakan semangat merah putih, semangat kebangsaan, semangat persatuan dan selalu kita tularkan kegembiraan akan ke-Indonesiaan yang penuh kedamaian ini. Ayo kita bulatkan tekad untuk merawat dan bangga pada Ibu Pertiwi melalui kemajuan di berbagai bidang. Berlandaskan Pancasila, mari kita bangun Indonesia dengan karya nyata, bersaudara tanpa SARA dan semakin mencintai NKRI,” tegasnya.
Dikatakan, bahwa perkembangan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT) yang dihadapi bangsa ini semakin hari semakin berat dan beragam bentuknya, seiring dengan arus globalisasi yang bergerak cepat.
“Bung Karno pernah berkata, bahwa perang modern bukan sekadar perang militer, melainkan peperangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, tugas untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan negara bukan hanya tugas militer saja, tetapi juga menjadi tugas seluruh warga negara demi kelangsungan hidup dan keutuhan NKRI,” katanya.
Semakin beragamnya ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang dihadapi saat ini, hanya bisa dihadapi dengan keberagaman keahlian yang saling terkait dan mengisi. “Di sinilah perlunya kita untuk saling bersinergi, mengelaborasikan berbagai macam latar belakang keahlian, intelektual, dan kreatifitas dengan berpedoman pada Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara,” tegasnya.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar negara sesungguhnya digali dari kearifan lokal yang kaya dengan makna yang mendalam.
“Pancasila sebagai dasar negara maupun sebagai pandangan hidup harus diletakkan kembali pada tempatnya semula. Kehidupan berbangsa dan bernegara harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan masyarakat diingatkan kembali tentang nilai-nilai budaya yang mendasari interaksinya dengan Tuhan maupun dengan sesama ciptaan Tuhan,” tandas Bendahara DPD Gerindra Jateng tersebut. (*)