MAGELANG – Peran ayah dalam keluarga semakin diakui penting dalam membentuk karakter dan perkembangan anak. Tidak hanya ibu, ayah memiliki peran untuk dapat mengasuh dan mendidik anak di rumah. minimnya peran ayah terhadap pengasuhan dapat berdampak pada berbagai hal negative.
Beberapa penelitian menyebutkan Indonesia sebagai negara fatherless (kehilangan figur ayah) ketiga di dunia. Hal ini menjadi alasan utama tim pengabdian kepada Masyarakat dari program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengangkat topik mengenai penguatan peran pengasuhan ayah (fathering).
Tim pengabdi diketuai oleh Rina Windiarti, S.Pd., M.Ed., dan beranggotakan Fathin Farah Fadhilah S.Psi., M.Psi., Dr. Rofi Wahanisa S.H., M.H., Bagus Kisworo, S.Pd., M.Pd., serta dibantu oleh tiga orang mahasiswa. Kegiatan pengabdian ini juga bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Jawa Tengah sebagai mitra.
Pemilihan desa Sukomakmur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah bukan karena pesona alamnya yang indah dan menyejukkan, tapi berdasarkan dari data DP3AP2KB yang menyebutkan bahwa desa Sukomakmur masuk ke dalam kategori desa dengan Tingkat kemiskinan tertinggi di wilayah Jawa Tengah.
Bukan itu saja, desa ini juga memiliki Tingkat pernikahan dini dan perceraian yang tinggi. Berdasarkan data pre-test yang diberikan oleh tim pengabdi dan telah dikonfirmasi, ditemukan bahwa 70% para ayah di Desa Sukomakmur belum benar-benar mengetahui perbedaan peran ibu dan ayah.
Hal ini disebabkan oleh budaya patriarki yang masih mendominasi. Pelaksanaan pengabdian di desa Sukomakmur bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para ayah mengenai pentingnya pengasuhan oleh ayah yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pengabdian yang diadakan tanggal 7 Agustus 2024, dilaksanakan di Balai Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran dan menghadirkan 25 orang ayah. Hadir pula Kepala Desa untuk memberikan sambutan serta dukungan dalam pelatihan ini.
Pelatihan yang berlangsung sehari penuh menyajikan materi mengenai pentingnya kelekatan antara ayah dan anak, teknik komunikasi efektif dalam pengasuhan, hingga teknik relaksasi dan cara mengatasi tantangan dalam pengasuhan sehari-hari.
Para peserta sangat komunikatif dan antusias mengikuti sesi diskusi dan praktik yang dipandu oleh tim pengabdi. Hingga akhir sesi, semua peserta masih berada ditempat, tidak ada yang mendahului pulang.
Hal ini menjadi apresiasi kami bagi para ayah yang benar-benar ingin belajar untuk mengetahui bagaimana mengasuh anak di desa yang memiliki Tingkat pernikahan dini dan perceraian yang tinggi.
Selesai kegiatan, tim pengabdi mewawancarai beberapa peserta mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Mereka menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat khususnya bagi para ayah yang hadir, dan sangat berterima kasih karena ilmunya dapat diterapkan di dalam keluarga. Serta adanya keinginan dari peserta untuk dapat dilakukan pelatihan seperti ini diwaktu-waktu berikutnya.
Adanya kolaborasi akademisi (tim pengabdi UNNES) dan pemerintah (DP3AP2KB) dalam program ini dinilai sangat efektif. Meskipun program ini baru tahap awal, namun antusiasme peserta mengindikasikan keberhasilan inisiatif ini.
DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah memberikan dukungan penuh, dan menyatakan untuk siap bekerja sama Kembali dilain waktu untuk dapat memberikan pelatihan bagi warga khususnya para ayah. Sementara itu, tim pengabdi akan merencanakan Kembali program-program lain yang berkenaan dengan pengasuhan yang dilakukan ayah untuk anak di lingkungan keluarga.
“Kami berharap program ini betul-betul dapat diterapkan di lingkungan keluarga dan menjadi contoh bagi warga sekitar bahkan di desa-desa lain. Karena melibatkan ayah dalam pengasuhan merupakan modal jangka panjang untuk masa depan anak-anak kita.” ujar Rina Windiarti. (sgt)