DEMAK – Jebolnya tanggul di Kebonagung kembali menjadi sorotan. Dalam inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan oleh Komisi C dan B DPRD, ditemukan bahwa peristiwa ini bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang sudah dapat diantisipasi sebelumnya.
Menurut salah satu anggota DPRD yang turut serta dalam sidak, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor pertama adalah kesadaran masyarakat dalam menanam tanaman di sekitar tanggul. Jenis tanaman yang digunakan seharusnya pohon-pohon keras seperti jati, bukan tanaman seperti singkong yang dapat membuat tanah menjadi gembur dan mudah terkikis.
Selain itu, peran Dinas Pekerjaan Umum (PU) juga sangat penting dalam melakukan pendataan dan pemeliharaan tanggul. Retaknya tanggul seharusnya bisa terdeteksi lebih awal sebelum terjadi jebol yang mengakibatkan bencana banjir. “Kalau tanggulnya tidak retak, tentu tidak akan jebol. Ini mestinya sudah ada tanda-tanda, hanya saja kurang diperhatikan,” ujar salah satu anggota DPRD.
Dalam kesempatan yang sama, Komisi C DPRD menyatakan bahwa pihaknya akan segera turun langsung ke lapangan untuk mendata kondisi tanggul dan memberikan rekomendasi perbaikan kepada dinas terkait. Mereka juga mengimbau kepada masyarakat agar lebih sadar dalam menjaga kelestarian lingkungan, terutama dalam pemanfaatan lahan di pinggiran sungai.
Sementara itu, pemerintah daerah diminta untuk segera menangani tanggul yang jebol serta melakukan pemetaan terhadap wilayah lain yang berpotensi mengalami kejadian serupa. “Kita berharap ada langkah antisipatif agar bencana ini tidak terulang kembali,” kata Sonhaji dari Komisi B.
Sidak juga dilakukan di Guntur, daerah yang saat ini terendam banjir akibat jebolnya tanggul di Klopokore. Masalah yang dihadapi di lokasi ini pun sama, yaitu lemahnya struktur tanggul. Untuk membantu warga terdampak, rombongan DPRD memberikan bantuan berupa beberapa dus mi instan dan kebutuhan pokok lainnya yang disalurkan ke posko di Balai Desa Guntur.
Ke depan, DPRD akan mengajukan rapat dengar pendapat dengan pihak terkait, termasuk BPWS, untuk mendorong percepatan normalisasi sungai-sungai dangkal. Menurut mereka, kondisi sungai yang semakin dangkal menjadi salah satu pemicu utama banjir. “Normalisasi sungai harus segera dilakukan agar kejadian seperti ini bisa dicegah,” pungkasnya. (*)