PURWOREJO – Kemiskinan terutama kemiskinan Ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah, masih menjadi PR bersama pemerintahan pusat maupun daerah.
Meskipun kabupaten Purworejo belum masuk zona merah kemiskinan Ekstrem, Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko menilai tidak dapat dijadikan patokan jika tidak ada antisipasi, problem kemiskinan ekstrem dapat menyasar ke wilayah yang selama ini dianggap aman.
“Kita sosialisasikan problem yang jadi prioritas nasional ini agar kita semua selalu waspada,” ungkap Heri dalam Sosialisasi Non Perda di Purworejo, Selasa (27/09/2022).
Heri menambahkan, problematika kemiskinan ekstrem ini penting untuk dianalisa hingga bagaimana penanggulangannya mulai dari sekarang. Hal ini karena menurutnya, skema penanggulangan kemiskinan ekstrem selama ini masih fluktuatif atau belum cukup mampu meredam masyarakat yang masuk dalam kategori miskin ekstrem.
Ia melanjutkan, upaya berupa kebijakan demi kebijakan yang efektif telah ia usahakan di parlemen. Tidak hanya itu, program demi program yang dirasa dapat menjadi solusi juga penting untuk terus dimonitoring dan dievaluasi.
“Penting untuk terus memastikan seluruh program penanggulangan ekstrem mulai dari tahap perencanaan, menentukan penetapan anggaran, penetapan sasaran dan pelaksanaan program yang sama baik itu secara wilayah maupun target masyarakat yang berhak,” jelasnya.
Ia mencatat dan menggarisbawahi, proses penanggulangan pada problem kemiskinan masyarakat, khususnya problem miskin ekstrem perlu kerja keras dan tidak dapt distganasi namun sifatnya dinamis. Oleh karena itu, wabah miskin ekstrem ini poin penting bagi semua elemen sekarang dan ke depan.
Endang, tokoh masyarakat dan aktivis Purworejo menyampaikan, soliditas dalam wujud gotong royong perlu ditingkatkan agar menurutnya, di negara yang makmur ini, kemiskinan dan sulitnya kualitas hidup menjadi momok dan berlarut-larut.
“Gotong royong, bukan individual. Ini akan sulit kalau sudah terkategori miskin ekstrem,” ungkapnya. Ia sepakat dengan Heri Pudyatmoko tentang bagaimana perlunya kerja keras saat kemiskinan ekstrem melanda.
Data mengatakan, Indikator dalam kemiskinan ekstrem adalah penduduk yang berpendapatan di bawah US$1,91 PPP (purchasing power parity) per kapita per hari (setara Rp9.089 per hari).
Iwan Setiawan, aktivis pemuda mengaku akan mengantisipasi problematika ini dengan akan berusaha di bidang wirausaha yang mengambil potensi di daerahnya untuk dapat dikembangkan dan menjadi solusi perekonomian. “Kita tidak mau jadi generasi rebahan saja,” ungkapnya. (anf/sgt)