JATENGUPDATE.NET – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko, menyatakan dukungannya terhadap langkah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mendorong digitalisasi layanan transportasi massal, khususnya pada sistem pembayaran tiket bus Trans Jateng.
Menurutnya, modernisasi ini merupakan terobosan penting dalam meningkatkan kenyamanan dan kemudahan layanan bagi masyarakat pengguna transportasi umum.
Saat ini, penumpang Trans Jateng tidak hanya dapat membayar tiket secara tunai, tetapi juga melalui berbagai metode non-tunai, seperti QRIS, aplikasi Si Anteng (ASTRAPAY), Kartu Multi Trip (KMT), E-Money (Mandiri), TapCash (BNI), Brizzi (BRI), dan Flazz (BCA).
Menurut Heri, sistem pembayaran ini akan mendukung transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
“Digitalisasi pembayaran ini adalah wujud pelayanan publik yang cepat, mudah, dan efisien. DPRD sangat mendukung langkah ini karena sejalan dengan semangat reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi,” kata dia.
Menurut Heri, metode pembayaran non-tunai relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus mendukung inklusi keuangan dan edukasi digital masyarakat. Selain itu, sistem ini memungkinkan pengelolaan keuangan yang lebih transparan, akurat, dan minim risiko kebocoran.
“Dengan digitalisasi, setiap transaksi tercatat secara real time, ini sangat penting untuk akuntabilitas keuangan dan perencanaan anggaran transportasi publik yang lebih baik ke depan,” imbuh politisi Partai Gerindra tersebut.
Tidak hanya sistem pembayaran, Heri juga mengapresiasi langkah Pemprov Jateng dalam melakukan modernisasi menyeluruh terhadap layanan Trans Jateng.
Modernisasi ini meliputi pembaruan armada bus, perbaikan sistem pengelolaan, peningkatan fasilitas halte, serta integrasi jaringan transportasi dengan layanan Trans milik pemerintah kabupaten/kota.
Sejak pertama kali beroperasi pada 2017, Trans Jateng telah berkembang pesat dengan melayani tujuh koridor yang mencakup 14 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Meliputi rute Semarang–Bawen, Purwokerto–Purbalingga, Semarang–Kendal, Kutoarjo–Borobudur, Solo–Sumberlawang, Semarang–Grobogan, dan Solo–Sukoharjo–Wonogir. Ketujuh koridor ini kini melayani hingga 26.965 penumpang setiap harinya.
“Trans Jateng tidak hanya menjadi moda transportasi alternatif, tapi juga bagian penting dari upaya mengurangi kemacetan, menekan polusi, dan mendorong mobilitas masyarakat secara merata,” ujar Heri Londo, sapaan akrabnya.
Ia berharap, digitalisasi layanan Trans Jateng terus dikembangkan, termasuk integrasi antarmoda dan penguatan sistem digital seperti pelacakan bus, pemesanan tiket daring, hingga pemantauan kinerja operasional secara real time.
“Transportasi publik adalah wajah pelayanan pemerintah. Jika Trans Jateng semakin modern dan efisien, maka kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah daerah juga akan meningkat,” pungkasnya. (ida)